si vis pacem para bellum- versi saya


Masih teringat apa yang dikatakan oleh  calon presiden Prabowo saat debat capres minggu lalu, beliau  melontarkan adagium "si vis pacem para bellum", yang berarti "jika ingin damai siaplah perang". 

Sebagai rakyat biasa saya  ikut tertarik dalam riuhnya pemilihan presiden kali ini dengan ikut menyaksikan live debat capres, dan saat pak Prabowo melontarkan adagium tersebut maka saya  memiliki penafsiran  tersendiri atas apa yang dilontarkan tentang adagium tersebut.  Bahwa negara kalau militer dan aparaturnya kuat maka bisa menjamin kedamaian dan mengayomi rakyatnya,  dengan kata lain negara memiliki kekuatan untuk memastikan bahwa rakyat bebas dari rasa khawatir dan merasa aman tidak terancam dalam kehidupan sehari-hari nya baik ancaman dari dalam maupun dari luar  Dan negara siap berperang sewaktu - waktu membela rakyatnya jika dalam kondisi terancam. Begitu kira-kira penafsiran saya.

Si vis pacem para bellum versi saya

Sehari dua hari berlalu, eh saya dapat share lagi dari grup WA tentang hal diatas dari tulisan salah seorang pengamat, dan ingatan saya langsung melayang kembali ke sekitar 15 tahun lalu ketika pernah mendegarkan ceramah pak Antonio Syafii tentang tafsir dari surat Alfatihah ayat ke 3,

Arrohman nir rohim- الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
(QS. Al-Fatihah: Ayat 3)

entah kenapa saya mengkaitkan hal itu dengan ceramah dari salah satu ulama dan , salah satu pakar ekonomi muslim yang dimiliki Indonesia pak Antonio Syafii.  Saya masih ingat karena uraian beliau tentang tafsir qs. Al-fatihah ayat 3 ini sangat membekas di hati  hingga saat ini. Sebenarnya hal ini tidak nyambung dengan materi yang di bahas di debat lalu tentang pertahanan dan keamanan, tapi saya ingin mengambil inti dari pernyataan Si vis pacem para bellum tadi. Menurut saya jika ingin damai. penuh kasih sayang dan penuh berkah dan rahmat  maka kita harus kuat   segala sesuatunya. Mari kita coba menghubungkan arti dan tafsir QS. Alfatihah ayat 3 yang pernah saya dengar dan saya ingat dari pak Ust. Antonio Syafii.

Beliau menguraikan makna dan tafsir "Yang Maha Pengasih & Maha Penyayang" dimana makna secara umum adalah Allah SWT  adalah maha pemberi kasih dan sayang, maha pemberi rejeki ke semua mahluknya, maha pemberi udara untuk nafas kita, menurunkan hujan dan menghidupkan tanah yang gersang dan menumbuhkan semua tumbuhan sehingga kita bisa menikmatinya, dan ini sangat tidak terhingga, tak terbatas  ke semua umat manusia tiada henti, tiada jeda hingga akhir jaman. Kita selayaknya dan sudah seharusnya  untuk bersyukur atas segala yang diberikan. Semoga saya dan anda semua pembaca dijadikan sebagai salah satu hambanya yang pandai bersyukur...Aamiin,

Pak Ust. Antonio kemudian menambahkan kalimat yang penting dan membekas di hati saya. Bahwa pernahkah kita menyadari bahwa dibalik kemampuan Allah sebagai Maha Pengasih dan Maha Penyayang bahwa Allah SWT memiliki kekuatan yang Maha luar biasa. Kekuatan untuk memerintahkan perputaran bumi sesuai orbitnya, memerintahkan gunung dan lautan untuk tunduk dan hanya meyembah Allah SWT, kekuatan untuk memerintahkan tumbuhan dan hewan  berkembang untuk memenuhi kemaslahatan umat manusia.

Artinya, jika kita ingin bisa memberi kasih sayang secara utuh di lingkungan keluarga kecil kita, lingkungan sekitar maka beliau mengatakan bahwa kita harus kuat secara financial, ekonomi kita harus kuat, ekonomi rakyat harus kuat  baru dengan begitu kita baru bisa memberikan kasih sayang yang utuh kepada keluarga, lingkungan dan dalam lingkup besar rakyat indonesia. 

Jadi kalau dikaitkan dengan adagium si vis parabellum seperti yang diungkapkan pak Prabowo, maka saya memilih versi saya berdasarkan QS. Alfatihah ayat 3 diatas. Karena sumber segala ajaran dan inspirasi adalah dari firman Allah SWT, dimana untuk memberikan kesejahteraan dan rasa aman bagi rakyat Indonesia maka negara harus kuat secara ekonomi,  pemerintahan, pertahanan, keamanan dan kesetaraan hubungan antar bangsa.

Indarto,2419



tags. Si vis parra bellum, prabowo, debat capres, antonio syafii, tafsir alquran, qs. Alfatihah ayat 3

Comments

Popular posts from this blog

"Majulah Tanpa Menyingkirkan, Naiklah Tinggi Tanpa Menjatuhkan."

ANTARA BENAR DAN MERASA BENAR

ROTI PANGGANG GOSONG